Kemajuan peradaban dari jaman ke jaman selalu bergeser, mulai dari kerajaan A ke kerajaan B lalu ke kerajaan C. Selalu begitu mulai dari kemajuan peradaban jaman Mesopotamia kuno ke Mesir kuno atau Babilonia dan sampai era modern ini kita bisa melihat kemajuan yang sangat luar biasa di Amerika Serikat dan China. Namun belakangan ini ada opini yang berhembus dan selalu digaungkan, yaitu sebuah opini yang menuduh bahwa orang-orang Kristen sebelum jaman renaisans adalah kaum yang tertinggal, kaum yang miskin, terbelakang dan peradabannya sangat jauh dibandingkan kaum Arab pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Masa-masa Kekhalifahan Abbasiyah disebut-sebut sebagai "Islamic Golden Age" atau Jaman Keemasan Islam. Opini-opini yang merendahkan peradaban Kristen biasanya disuarakan oleh para penulis dan pembuat konten dari kalangan yang tidak menyukai Kekristenan. Biasanya muncul pada forum-forum sosial media, konten artikel situs internet maupun dalam konten video di Youtube. Entah apa motivasi mereka sehingga menganggap rendah orang-orang Kristen di masa lalu. Tetapi pertanyaannya, apakah opini semacam ini benar adanya? atau apakah ini hanya sebuah propaganda yang dibuat pihak tertentu agar kaumnya dianggap unggul? Jawabnya sudah jelas itu adalah opini yang salah dan sangat keliru.
Sebagian penulis Muslim hanya fokus pada Eropa barat
Mengapa opini para penulis Muslim yang menganggap peradaban Kristen di masa lalu sangat terbelakang adalah salah? Jawabannya tentu karena kurangnya wawasan dan pengetahuan mereka. Orang-orang yang merendahkan peradaban Kristen biasanya dalam menulis mengenai peradaban Kristen, mereka lebih terfokus pada peradaban Kristen di Eropa barat. Umumnya terfokus pada bangsa Frank (Perancis), Anglo (Inggris), Jermanik, Hispania (Spanyol) dan sebagainya. Ya kalau berbicara bangsa-bangsa di Eropa barat pada masa abad pertengahan, tentu mereka adalah bangsa yang masih terbelakang dan peradabannya jauh bila dibanding Eropa Barat setelah masa renaisans dan masa modern ini. Sudah dipastikan bahwa para penulis dan pembuat konten tersebut lupa bahwa Kekristenan di dunia kuno tidak hanya ada di Eropa barat, melainkan juga ada di Eropa timur, Afrika utara, semenanjung Anatolia, Mesopotamia (Irak Syria), Persia dan bahkan pada abd pertengahan sudah mencapai Asia Timur (Tiongkok). Jadi jika ingin menggali sejarah, janganlah melupakan komunitas Kristen yang ada di timur, dimana mereka sudah memiliki peradaban yang sangat maju bahkan sebelum lahirnya Nabi Islam Muhammad.
Kemajuan peradaban Kristen timur
Kekristenan pertama kali muncul di Yudea yang kala itu menjadi salah satu provinsi Kekaisaran Romawi kuno. Kekristenan dengan sangat cepat menyebar ke banyak sekali peradaban kuno mulai dari Syria, Anatolia, Yunani, Persia, Mesir dan tentu saja dipusat ibukota Romawi yaitu kota Roma. Penyebaran agama Kristen pada masa Rasul sampai beberapa generasi setelahnya tidak dilakukan dengan cara penaklukan atau peperangan, karena memang tidak dikenal istilah Jihad di dalam terminologi Kristen. Ketika Kekristenan dengan cepat menjadi agama penting bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi mayoritas, akhirnya inilah yang melahirkan sebuah Kekaisaran Kristen Romawi pertama kali dibawah pimpinan Theodosius I dan sering disebut dengan nama Kekaisaran Bizantium setelah sebelumnya Kekaisaran Romawi adalah Kekaisaran yang identik dengan agama pagan. Dari sinilah bermula peradaban orang-orang Kristen, khususnya Kristen timur yang menjadi sangat maju. Abad ke 5 dan 6 disebut-sebut sebagai masa kejayaan peradaban orang-orang Kristen di timur, apalagi pada masa itu kota Roma sudah jatuh ke tangan kerajaan Vandal tahun 455 sehingga Konstantinopel menjadi kota yang sangat besar dan maju tanpa persaingan dari Roma. Dengan semakin majunya wilayah Kekaisaran, akhirnya menjadikan orang-orang Kristen maju dalam banyak bidang seperti ilmu pengetahuan, kedokteran, seni budaya, arsitektur dan militer. Kemajuan kebudayaan dan sains orang Kristen timur tidak hanya berlangsung pada abad kuno melainkan sampai abad pertengahan, bahkan sampai masa-masa krisis Kekaisaran Bizantium. Perlu diketahui pula bahwa pada jaman keemasan Islam Abbasiyah tidak bisa lepas dari sumbangan iptek dari Bizantium. Pada masa Khalifah Harun Al Rasyd dan Al Ma'mun, orang-orang Arab banyak sekali mendapatkan sumbangan buku-buku ilmu pengetahuan dari orang-orang Kristen Syria, Alexandria Mesir maupun langsung dari orang Kristen di Bizantium. Kala itu Bizantium memang menyediakan banyak sekali literatur ilmu pengetahuan yang umumnya ditulis dengan bahasa Yunani Kuno baik itu tentang astronomi , matematika dan filsafat untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Uniknya di Baghdad yang mana Baitul Hikmah berada, para penerjemah teks iptek berbahasa Yunani dan Aram ke bahasa Arab umumnya adalah orang-orang Kristen. Salah satu yang terkenal adalah Hunayn ibn Ishaq, seorang Kristen yang fasih berbahasa Aram (Syriac), Yunani dan Arab. Patut anda catat bahwa literatur ilmu pengetahuan yang di tularkan ke Abbasiyah kebanyakan berasal dari dunia Kristen, dan dengan tambahan dari peradaban Persia, India, bahkan China. Jadi bukannya berasal dari Arab Selatan.
Berikut ini adalah beberapa tokoh ilmuwan dan tokoh cendekiawan dari peradaban Kristen timur sebelum jaman keemasan Islam Abbasiyah
1. Anthemius dari Tralles
Anthemius of Tralles Lahir antara 474 sampai 533 x 558, dia adalah seorang Yunani dari Tralles yang bekerja sebagai ahli geologi dan arsitek di Konstantinopel. Selain itu Anthemius juga sangat ahli dalam bidang Matematika. Dalam penelitian yang sederhana ia merekayasa gempa bumi miniatur dengan mengirimkan uap melalui tabung kulit yang telah dia pasang di antara balok dan lantai ruang tamu. Banyak otoritas yang memuji Anthemius dengan pengetahuan tentang bubuk mesiu atau senyawa peledak lainnya. Dalam pembangunan Gereja Hagia Sofia Anthemius turut serta dalam desain awal.
2. Isidorus dari Miletus
Isidorus Miletus ) adalah salah satu dari dua arsitek utama Bizantium Yunani ( Anthemius dari Tralles adalah yang lainnya) yang ditugaskan Kaisar Justinian I untuk merancang katedral Hagia Sophia di Konstantinopel dari tahun 532 hingga 537. Isidorus sebelumnya pernah mengajar bidang stereometri dan fisika di universitas, pertama di Aleksandria lalu pindah ke Konstantinopel, dan menulis komentar tentang risalah lama tentang kubah yang didesain untuk bangunan besar.
3. John Philoponus
John Philoponus hidup antara 490 - c 570 juga dikenal sebagai John dari Alexandria , adalah seorang Bizantium Aleksandria filolog, komentator terhadap Aristoteles dan teolog Kristen. Ia dikenal sebagai penulis sejumlah besar risalah filosofis dan karya teologis. John Philoponus menulis setidaknya 40 karya tentang beragam mata pelajaran termasuk tata bahasa, matematika, fisika, kimia, dan teologi. Sebuah karya John berjudul "Kontra Aristotelem" selanjuutnya menjadi bahan perdebatan yang panjang lebar oleh para filsuf Muslim seperti al-Farabi , Ibnu Sina, al-Ghazali dan kemudian Ibnu Rusyd, dan juga mempengaruhi Bonaventura dan Buridan di Eropa Barat Kristen, juga Rabi Yahudi seperti Maimonides. Sebuah penemuan berjudul "Teori dorongan" adalah teori tambahan atau sekunder dari dinamika Aristotelian yang ditemukan oleh John. Ini diajukan awalnya untuk menjelaskan gerak peluru melawan gravitasi . Teori ini akhirnya diakses dan mempengaruhi ilmuwan Arab Nur ad-Din al-Bitruji pada akhir abad ke-12. Sebelumnya Teori John ini juga dikembangkan oleh Ibnu Sina pada abad ke-11 dan Hibat Allah Abu'l-Barakat al-Baghdaadi pada abad ke-12. Betapa besar jasa ilmuwan Kristen timur abad lalu yang membuat kemajuan peradaban Islam Abbasiyah.
4. Callinicus dari Heliopolis
Callinicus adalah seorang arsitek Syria Bizantium dan ahli kimia dari Heliopolis di Syria atau Heliopolis di Mesir . Dia disebut-sebut sebagai orang yang menemukan apa yang disebut api Yunani , yaitu senjata angkatan laut yang agak mirip dengan penyembur api modern. Daya rusak senjata api Yunani sangat luar biasa ini membuat angkatan laut Bizantium pernah menjadi kekuatan yang sangat kuat bahkan sampai-sampai membuat Kekhalifahan Ummayah sampai Abbasiyah tidak mampu menguasai Konstantinopel. Menurut bebragai sumber, komposisi api Yunani yang dikembangkan oleh Callinicus merupakan kombinasi antara getah pinus , nafta , kapur , kalsium fosfida , belerang , atau niter.
5. Timotheus dari Gaza
Timotheus dari Gaza , adalah seorang ahli tata bahasa Yunani yang aktif pada masa pemerintahan Anastasius , yaitu tahun 491-518. Dia adalah ahli yang banyak meneliti bidang hewan. Diaadalah penulis buku tentang binatang yang menjadi salah satu sumber dari buku berbahasa Arab Nu'ut al-Hayawan . Dia juga menulis sebuah karya dalam empat jilid berjudul "Indian Animals or Quadrupeds and Their Innately Wonderful Qualities or Stories about Animals that survives", sayangnya karya ini hanya bertahan dalam ringkasan prosa abad ke-11. Ringkasan prosa ini adalah teks sekolah yang sangat populer, dan mencakup kisah jerapah, harimau, dan hewan lainnya.
6. Cassianus dari Basus
Cassianus Bassus , adalah salah satu geoponici atau orang yang ahli dalam topik pertanian. Ia hidup pada akhir abad ke-6 atau awal abad ke-7. Dia berjasa dalam mengumpulkan tulisan dari para penulis sebelumnya mengenai koleksi literatur pertanian; sumber utamanya adalah Vindonius Anatolius . Teks Yunani asli Cassianus Bassus telah hilang, tetapi beberapa isinya tetap ada sebagai bagian dari koleksi buku berjudul Geoponica, yaitu kumpulan dua puluh buku tentang pengetahuan pertanian, yang disusun selama abad ke-10 di Konstantinopel untuk kaisar Bizantium Constantine VII Porphyrogenitus. Geoponica mencakup segala macam informasi "pertanian", termasuk studi tentang dukungan langit dan tanah , pemeliharaan anggur , oleoculture , pemeliharaan lebah , kedokteran hewan , pembangunan kolam ikan dan banyak lagi. Buku inilah yang kemudian diakses oleh orang-orang Arab dan turut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia, Armenia, Syriac, selain ke dalam bahasa Arab.
7. Paulus dari Aegineta
Paulus dari Aegineta adalah seorang dokter Yunani Bizantium abad ke-7 yang terkenal karena menulis ensiklopedia medis Medical Compendium in Seven Books . Dia adalah bapak dari buku kedokteran awal. Selama bertahun-tahun di Kekaisaran Bizantium , ia bekerja menuliskan banyak sekali ilmu medis yang tidak tertandingi dalam akurasi dan kelengkapannya. Karya besarnya beberapa ratus tahun setelahnya diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Hunayn ibn Ishaq. Buku Paulus yang keenam tentang pembedahan, secara khusus direferensikan di Eropa dan dunia Arab sepanjang Abad Pertengahan. Dalam karya ini ia menggambarkan operasi untuk memperbaiki hernia yang mirip dengan teknik modern. Selain itu Paulus dari Aegina juga berbicara tentang struktur tulang dan patah tulang. Sekali lagi ilmu kedokteran dari peradaban Kristen menjadi sumber dari ilmu pengetahuan bagi orang-orang Arab.
Selain ketujuh tokoh diatas, masih ada banyak tokoh Kristen timur lain yang juga turut andil dalam membangun peradaban orang Kristen timur diantaranya adalah Eutocius dari Ascalon, Stephen dari Alexandria, George dari Pisida, Aëtius dari Amida dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah Ilmuwan dan Cendekiawan Kristen timur yang hidup sekitar jaman Islam Abbasiyah
1. Abdollah ibn Bakhtyashu
Abdollah ibn Bakhtyashu hidup antara 940-1058 yang dalam banyak teks dikenal sebagai seorang tabib Syria abad ke-11 , keturunan dari Bakhtshooa Gondishapoori . Dia berbicara bahasa Syria. Dia adalah perwakilan terakhir dari keluarga Bukhtyashu dokter Kristen Nestorian , yang beremigrasi dari Jundishapur ke Baghdad pada tahun 765. Karya utamanya adalah Reminder of the Homestayer, berurusan dengan istilah filosofis yang digunakan dalam pengobatan, dan sebuah risalah tentang mabuk cinta.
2. Ibn Butlan
Ibn Butlan seorang dokter Kristen Nestorian Arab yang aktif di Baghdad selama abad ke 11 . Dia menulis Taqwim al-Sihhah (buku yang ditulis sebagai metode Pemeliharaan Kesehatan) Karyanya tersebut menangani masalah kebersihan, dietetika, dan olahraga. Ini menekankan manfaat perhatian teratur pada kesehatan fisik dan mental pribadi. Popularitas dan publikasi yang terus berlanjut dari teks abad pertengahan yang berasal dari Timur Tengah ini hingga abad keenam belas dianggap menunjukkan pengaruh budaya Arab pada Eropa modern awal. Salah satu sumber Yunaninya adalah berasal dari Dioscorides.
3. Hunayn Ibn Ishaq
Hunayn ibn Ishaq al-Ibadi hidup antara 809-873 adalah penerjemah, cendekiawan, dokter, dan ilmuwan Kristen Nestorian Arab yang sangat dihormati dan berpengaruh selama puncak era Abbasiyah Islam , ia bekerja dengan sekelompok penerjemah, di antaranya adalah Abū 'Uthmān al-Dimashqi , Ibn Mūsā al-Nawbakhti , dan Thābit ibn Qurra., untuk menerjemahkan buku-buku filsafat dan teks Yunani dan Persia klasik ke dalam bahasa Arab dan Siria. Hunayn menulis tentang berbagai mata pelajaran yang mencakup filsafat, agama, dan pengobatan. Hunayn tertarik pada studi mata manusia dan melahirkan sebuah buku berjudul " Book of the Ten Treatises of the Eye ". Buku ini adalah pengobatan sistematis pertama yang diketahui di bidang mata dan kemungkinan besar digunakan di sekolah kedokteran pada saat itu. Hunayn menjelaskan mata dan anatominya dengan sangat rinci; penyakitnya, gejalanya, perawatannya. Selain mata Dia juga banyak meneliti sifat kista dan tumor, serta pembengkakan yang ditimbulkannya. Ia membahas cara mengobati berbagai ulkus kornea melalui pembedahan, dan terapi yang terlibat dalam perbaikan katarak. Hunayn bekerja pada Khalifah, dan suatu hari sang Khalifah meminta Hunayn untuk membuat racun dengan tujuan digunakan melawan musuh, dengan imbalan sejumlah besar. Hunayn ibn Ishaq berulang kali menolak tawaran Khalifah. Karena kecewa, khalifah itu memenjarakan Hunayn selama setahun. Ketika ditanya mengapa dia lebih suka dihukum daripada membuat racun, Hunayn menjelaskan bahwa sumpah dokter mengharuskannya untuk membantu pasien, bukannya membahayakan, pasiennya. Sebelum akhir hidupnya, Dia menyelesaikan banyak pekerjaan medis yang berbeda yang mendorong gagasan pengobatan dengan praktik dan seni perawatan fisik. Beberapa pekerjaan medisnya diambil dari sumber-sumber Yunani seperti, Fi Awja al-Ma'idah (Penyakit Perut) dan al-Masail fi'l-Tibb li'l-Muta'allimin (Pertanyaan tentang Pengobatan untuk Siswa) dan memiliki sumber-sumber ini untuk digambar membuat teks aslinya tetap jelas
4. Yuhanna ibn Masawaih
Yuhanna ibn Masawaih adalah seorang dokter Kristen etnis Persia atau Asiria Nestorian. Lahir pada tahun 777 M sebagai putra seorang apoteker dan dokter dari Gundishapur , dia datang ke Baghdad dan belajar di bawah bimbingan Jabril ibn Bukhtishu. Dalam kariernya Yuhanna menjadi direktur sebuah rumah sakit di Baghdad , dan menjadi dokter pribadi bagi empat khalifah. Dia menyusun risalah medis tentang sejumlah topik, termasuk oftalmologi , demam, kusta, sakit kepala, melankoli, dietetika, pengujian dokter, dan banyak tulisan-tulisan medis berguna lainnya. Salah satu risalah Masawaiyh menyangkut aromatik, berjudul On Simple Aromatic Substances . Dia juga guru dari Hunain ibn Ishaq dan banyak menerjemahkan berbagai karya medis Yunani ke dalam bahasa Siria , tetapi ia sendiri menulis karyanya sendiri dalam bahasa Arab. Pernah suatu hari seekor Kera diberikan kepadanya oleh khalifah al-Mu'tasim untuk dibedah.
Banyak tulisan anatomi dan medis dikreditkan kepadanya, terutama "Disorder of the Eye" ( Daghal al-'ain ), yang merupakan risalah Sistematis paling awal tentang oftalmologi yang ada dalam bahasa Arab dan sangat populer di yang Abad Pertengahan.
5. Abu Sahl 'Isa ibn Yahya al-Masihi
Abu Sahl 'Isa ibn Yahya al-Masihi al-Jurjani (Yohanes si Kristen) adalah seorang dokter etnis Persia dari Gorgan , sebelah timur Laut Kaspia , di Iran. Jika kalian sangat mengagumi Ibnu Sina sebagai salah satu ilmuwan terbesar pada masa keemasan Islam, maka kalian harus tahu bahwa Yahya al-Masihi adalah guru dari Ibnu Sina. Yahya menulis sebuah risalah ensiklopedis tentang kedokteran dari seratus bab ( al-mā'a fi-l-sanā'a al-tabi'iyyah ), yang merupakan salah satu karya Arab paling awal dari jenisnya dan mungkin dalam beberapa hal merupakan model Qanun Ibnu Sina. Selain itu Dia menulis risalah lain tentang campak, tentang wabah, tentang denyut nadi, dll.
6. Ibn al-Tilmidh
Amīn al-Dawla Abu'l-Ḥasan Hibat Allāh ibn Ṣaʿīd ibn al-Tilmīdh hidup antara 1074 sampai April 1165 adalah seorang dokter Arab Kristen , apoteker , penyair, musisi dan penulis kaligrafi abad pertengahan Peradaban Islam Abbasiyah. Ibn al-Tilmidh bekerja di rumah sakit ʻAḍudī di Baghdad di mana ia akhirnya menjadi dokter utama sekaligus dokter utama untuk khalifah Al-Mustadi , dan bertanggung jawab atas perizinan dokter di Baghdad. Ia menguasai bahasa Arab , Persia , Yunani dan Siria. Ia mengumpulkan beberapa karya medis, yang paling berpengaruh adalah Al-Aqrābādhīn al-Kabir , sebuah farmakope yang menjadi karya farmakologis standar di rumah sakit peradaban Islam, menggantikan karya sebelumnya oleh Sabur ibn Sahl .
7. Michael Glykas
Michael Glykas atau Glycas adalah seorang sejarawan Bizantium abad ke-12 , teolog , matematikawan , astronom dan penyair. Dia dikenal karena menulis sebuah risalah matematika tentang perbedaan antara astronomi dan astrologi. Karya utama lainnya adalah kroniknya dari peristiwa-peristiwa dari penciptaan dunia hingga kematian Alexios I Komnenos pada tahun 1118. Sayangnya karena Glykas sering mengkritik kaisar Manuel I Komnenos , ia dipenjara dan dibutakan selain karena partisipasinya dalam konspirasi melawan kaisar.
8. Demetrios Pepagomenos
Demetrios hidup antara , 1200–1300-an adalah seorang sarjana Yunani Bizantium yang tinggal di Konstantinopel . Ia menjadi dokter , dokter hewan , dan naturalis . Demetrios Pepagomenos menjadi dokter istana Kaisar Michael VIII Palaeologos (berkuasa 1259–1261) dan ditugaskan oleh kaisar Bizantium untuk membuat karya tentang penelitian mengenai asam urat. John Chumnus selanjutnya memanfaatkan karya Pepagomenos sebagai referensi yang secara khusus menetapkan pola makan yang tepat untuk mengobati kondisi asam urat. Sebagai dokter hewan, Demetrios Pepagomenos juga menulis risalah tentang makan dan merawat elang (khususnya elang jenis gyrfalcon. Ia juga menulis sebuah risalah tentang perawatan dan perawatan gigi taring berjudul Cynosophion meskipun diduga bahwa karya khusus ini mungkin ditulis dengan referensi dari Caelius Aurelianus , seorang penulis dan penerjemah abad ke-3.
9. Gregory Choniades
Gregory Choniades hidup antara 1240 - 1320) adalah seorang astronom Yunani Bizantium. Enam belas surat Choniades selamat, yang mengkonfirmasi bahwa dia menerima bantuan dari Alexios II dan melakukan perjalanan ke Persia. Choniades menerjemahkan sejumlah karya Arab dan Persia tentang matematika dan astronomi termasuk tabel astronomi gurunya Ajall Shams al-Din Omar yang merupakan seorang Syiah. Gregory juga mempelajari tentang ilmu peralatan astrolabe bebas lintang yang nantinya akan berpengaruh pada heliosentrisme Copernican. Karena kegigihan Gregory dalam mencari ilmu pengetahuan, membuatnya berjasa dalam mentransferkan kembali ilmu astronomi Yunani yang sebelumnya banyak diakses di dunia Arab.
10. Nicholas Myrepsos
Nicholas adalah seorang yang kemungkinan adalah seorang dokter akhir abad ke 13 di Byzantium. Ia dikenal karena menyusun dan merevisi skrip Yunani Kuno termasuk, tetapi tidak terbatas pada ilmu kedokteran Galen. Selain itu ia juga serta menulis ringkasannya sendiri tentang ilmu kedokteran , bernama Dynameron . Terdiri dari 48 bagian, berisi lebih dari 2.500 formula medis, disusun menurut bentuk dan objeknya.
Selain tokoh-tokoh diatas tentu saja masih banyak ilmuwan dan cendekiawan Kristen timur lainnya yang hidup pada masa itu.
Berbagai hasil kemajuan peradaban Kristen timur
Apabila kita sering membaca tentang penemuan-penemuan dan hasil karya dari kemajuan peradaban Eropa Barat dan Amerika, maka kalian harus tahu mengenai berbagai hasil kemajuan dari peradaban Kristen di timur di jaman kuno. Berikut ini rangkumannya
1. Pendirian Universitas Konstantinopel
Masyarakat Bizantium secara keseluruhan adalah masyarakat yang terpelajar. Pendidikan dasar tersedia secara luas, terkadang bahkan di tingkat desa dan unik pada era tersebut untuk laki-laki maupun perempuan. Universitas Konstantinopel yang kadang-kadang dikenal sebagai Universitas Istana Hall of Magnauraadalah lembaga pendidikan Romawi Timur yang diperkirakan sudah berdiri pada tahun 425 Masehi. Sekolah aslinya didirikan atas prakarsa Kaisar Theodosius II dengan berbagai macam jurusan diantaranya adalah hukum , filsafat , kedokteran , aritmatika , geometri , astronomi , musik , retorika dan mata pelajaran lainnya, studi bahasa Latin dan bahasa Yunani. Pada tahun 425 tentu saja sangat jauh ratusan tahun sebelum jaman Islam, dan peradaban orang Kristen sudah sangat maju.
2. Fasilitas medis Rumah Sakit yang paling maju pada masanya
Kekaisaran Kristen Bizantium adalah salah satu kerajaan pertama yang memiliki fasilitas medis yang berkembang pesat. Kekaisaran Romawi sebelum era Byzantium memang memiliki rumah sakit khusus untuk tentara dan budak. Namun, tidak satupun dari Rumah Sakit ini untuk umum. Untuk itulah Rumah sakit di era Byzantium diprakarsai oleh gereja sebagai wadah bagi masyarakat umum yang miskin untuk mendapatkan akses fasilitas dasar. Rumah sakit biasanya dipisahkan antara pria dan wanita. Rumah sakit pertama didirikan oleh Leontius dari Antiokhia antara tahun 344 hingga 358 dan merupakan tempat bagi orang asing dan migran untuk mencari perlindungan. Sekitar waktu yang sama, seorang diaken bernama Marathonius bertanggung jawab atas rumah sakit dan biara di Konstantinopel. Tujuan utamanya adalah meningkatkan estetika perkotaan, menggambarkan rumah sakit sebagai bagian utama kota Bizantium. Rumah sakit awal ini dirancang untuk orang miskin dan berkembang pada awal abad kelima, terbukti bahwa rumah sakit telah menyebar ke seluruh Mediterania hingga Ostia, Roma, dan Hippo.
Teknik diagnostik Bizantium saat itu sudah sangat sistematis, berpusat pada pengamatan dokter terhadap denyut nadi dan urin pasien. Juga, dengan penyakit tertentu, dokter mungkin telah memeriksa kotoran, laju pernapasan, dan cara pasien bicara. Selain penyembuhan penyakit dengan cara pembedahan, obat-obatan juga menjadi cara yang umum untuk menyembuhkan penyakit. Alexander dari Tralles menulis lebih dari enam ratus obat yang dia gunakan untuk mencoba dan menyembuhkan penyakit. Dua Belas Bukunya menunjukkan penggunaan obat untuk mengobati segala jenis penyakit. Beberapa dari obat-obatan ini masih digunakan sampai sekarang seperti colchicine.
Ada hal menarik dari sejarah Rumah Sakit Bizantium, yaitu rekor pertama kalinya praktek pemisahan kembar siam terjadi di Kekaisaran Bizantium pada tahun 900-an. Salah satu dari si kembar siam telah meninggal, jadi ahli bedah berusaha untuk memisahkan si kembar yang mati dari kembaran yang masih hidup. Hasilnya sebagian berhasil karena saudara kembar yang tersisa hidup selama tiga hari setelah berpisah. Kasus pemisahan kembar siam berikutnya dicatat pada tahun 1689 di Jerman atau beberapa abad kemudian. Agama Kristen memang memainkan peran kunci dalam membangun dan memelihara rumah sakit. Banyak rumah sakit dibangun dan dirawat oleh para uskup di prefektur masing-masing. Rumah sakit biasanya dibangun di dekat atau di sekitar gereja
3. Kemajuan bidang Arsitektur
Arsitektur Bizantium secara dramatis memengaruhi arsitektur abad pertengahan di seluruh Eropa dan Timur Dekat, dan menjadi cikal bakal utama tradisi arsitektur Renaisans dan Ottoman. Ketika Kekaisaran Romawi menjadi Kristen dengan ibu kota barunya di Konstantinopel , arsitekturnya menjadi lebih sensual dan lebih ambisius. Gaya baru ini kemudian dikenal sebagai gaya khas Bizantium dengan kubah yang semakin eksotis dan biasanya memiliki mosaik yang semakin kaya. Lengkungan bundar adalah dasar gaya Bizantium. Mosaik emas yang luar biasa dengan kesederhanaan grafis dan kekuatan luar biasa membawa cahaya dan kehangatan ke dalam gereja. Bangunan meningkat dalam kompleksitas geometris , batu bata dan plester digunakan selain batu dalam dekorasi struktur publik yang penting, tatanan klasik digunakan lebih bebas, mosaik menggantikan dekorasi berukir, kubah kompleks bertumpu pada tiang besar , dan jendela menyaring cahaya melalui lembaran tipis pualam untuk menerangi interior dengan lembut.
Jangan heran apabila akhirnya masjid-masjid di dunia Arab dan Turki serta gereja-gereja di Eropa barat sangat terpengaruh dari arsitektur Bizantium yang sangat berkembang dijaman kuno.
4. Senjata Api Yunani
Senjata Api Yunani disebut-sebut sebagai senjata perang yang sangat menakutkan pada jamannya. Mungkin berkat senjata inilah Bizantium bisa bertahan selama kurang lebih 800 tahun. Bandingkan dengan eksistensi Turki Ottoman yang hanya bertahan sekitar 500 tahun saja, atau Abbsiyah yang eksis tahun 750 namun sudah jatuh pada tahun 1258 karena serbuan bangsa Mongol.
Api Yunani ini memainkan peran penting dalam pertahanan kekaisaran terhadap serangan awal dari Muslim Arab . Dibawa ke Konstantinopel oleh seorang pengungsi dari Suriah bernama Callanicus, senjata pembakar datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan ibu kota dari pengepungan Muslim pada tahun 674–678 dan 717–718. Api Yunani, yang oleh penulis sejarah Bizantium disebut sebagai "api laut" atau "api cair", pada dasarnya adalah senjata angkatan laut, yang digunakan dalam pertempuran antar-kapal melawan galai musuh . efektivitas api Yunani bahwa dia dapat terus membakar dalam segala kondisi, bahkan dalam air. Komposisi persisnya adalah rahasia negara yang dijaga ketat, sampai-sampai para sarjana modern terus memperdebatkan bahan-bahannya.
5. Granat Pembakar
Granat pembakar muncul tidak lama setelah pemerintahan Leo III (717–741), ketika tentara Bizantium mengetahui bahwa api Yunani tidak hanya dapat dipancarkan oleh penyembur api, tetapi juga dilemparkan dengan stoples batu dan keramik. Ukuran ganat yang lebih besar bisa dilemparkan dengan ketapel atau trebuchet ke arah musuh, baik yang dinyalakan sebelum dilepaskan atau dibakar dengan panah api setelah benturan. Granat semacam ini kemudian ditiru untuk digunakan oleh tentara Muslim, dengan bentuk bulat yang banyak penulis identifikasi sebagai cangkang granat ditemukan di sebagian besar dunia Islam.
6. Telegraf Optik
Pada abad ke-9, selama perang Arab-Bizantium, Kekaisaran Bizantium menggunakan sistem suar untuk mengirimkan pesan dari perbatasan dengan Kekhalifahan Abbasiyah melintasi Asia Kecil ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Jalur utama suar membentang sejauh 450 mil (720 km). Di ruang terbuka Asia Kecil tengah , stasiun ditempatkan terpisah lebih dari 60 mil (97 km), sedangkan di Bitinia , dengan medan yang lebih rusak, interval dikurangi hingga ca. 57 mil (56 km). Berdasarkan eksperimen modern, sebuah pesan dapat dikirim ke seluruh panjang saluran dalam waktu satu jam. Sistem ini dilaporkan dirancang pada masa pemerintahan Kaisar Theophilos (memerintah 829–842) oleh Leo sang Ahli Matematika.
7. Industri Sutra Bizantium
Ibu kota Bizantium Konstantinopel adalah pusat tenun sutra pertama yang signifikan di Eropa. Sutra adalah salah satu komoditas terpenting dalam ekonomi Bizantium , yang digunakan oleh negara sebagai alat pembayaran dan diplomasi. Sutra mentah dibeli dari China dan dijadikan kain halus yang memiliki harga tinggi di seluruh dunia. Setelah masa pemerintahan Yustinianus I , pembuatan dan penjualan sutra menjadi industri kekaisaran, hanya diproses di pabrik kekaisaran, dan dijual kepada pembeli resmi. Sutra Bizantium sangat penting karena warnanya yang cemerlang, penggunaan benang emas, dan desain rumit yang mendekati kompleksitas bergambar sulaman pada kain tenun tenun . Byzantium mendominasi produksi sutra di Eropa sepanjang Abad Pertengahan Awal
8. Perpustakaan besar Konstantinopel salah satu terlengkap pada masa kuno
Sekali lagi tuduhan mengenai ketertinggalan peradaban Kristen adalah tuduhan kosong belaka. Perpustakaan Kekaisaran di Konstantinopel , ibu kota Kekaisaran Bizantium , adalah yang terakhir dari perpustakaan besar dunia kuno. Perpustakaan ini didirikan oleh Konstantius II (memerintah 337–361 M) yang mendirikan Scriptorium sehingga karya sastra Yunani yang masih ada dapat disalin untuk pelestarian. The Kaisar Valens di 372 mempekerjakan empat Yunani dan tiga ahli kaligrafi Latin. Mayoritas karya klasik Yunani yang dikenal saat ini diketahui melalui salinan Bizantium yang berasal dari Perpustakaan Kekaisaran Konstantinopel.
Komentar
Posting Komentar