Achtung! Achtung! Dewasa ini saya cukup melihat banyak komentar pernyataan dari banyak orang khususnya orang Indonesia yang memuja-muja Hitler, Partai Nasionalis Sosialis (Nazi) beserta "antek-anteknya". Lihat saja di video Youtube yang menyajikan tontonan tentang Perang Dunia 2, mereka banyak memberikan statement pembelaan terhadap Nazi Jerman, baik mengenai invasi terhadap tetangga Eropa nya maupun tentang Holocaust. Jadi apakah sikap semacam ini dibenarkan? Bukankah itu hak masing-masing orang untuk berpendapat? tentu saja saya percaya dan mempersilahkan hal pemikiran itu, apalagi di Indonesia sikap-sikap pembelaan terhadap Nazi tidaklah terlarang. Berbeda dengan kebanyakan negara Eropa yang melarang anda melakukan salam Sieg Heil , atau mengenakan lambang-lambang Nazi di tempat umum. Bahkan pengingkaran terhadap Holocaust dan mengemukakannya di publik merupakan suatu perbuatan kriminal. Berikut dalam blog ini saya akan menuliskan beberapa nasehat dan fakta-fakta yang sekiranya membuat anda sadar bahwa apa yang telah anda pikirkan tentang Nazi adalah salah:
1. Genosida dan Holocaust bukan hanya untuk Yahudi
Sentimen terhadap Yahudi (Anti Semit) ternyata bisa menjadi dasar bagi orang untuk membela Nazi. Ada beberapa orang yang tidak membaca buku sejarah atau ensiklopedia secara lengkap, sehingga mengatakan bahwa Nazi hanya membunuh Yahudi. Pernyataan ini sungguh salah kaprah karena faktanya korban pembantaian massal bukanlah Yahudi saja, melainkan siapa saja yang dianggap 'berbeda' menurut pandangan Hitler. Mereka diantaranya adalah orang-orang Polandia, etnis Rom/Gipsi, orang Komunis, tawanan perang dari berbagai negara (kebanyakan orang Soviet), penganut Saksi-saksi Yehuwa, orang-orang Cacat, Homoseksual, dan berbagai kelompok orang yang terbukti menentang fasisme Nazi. Baru tahu yah kalau Nazi sangat merendahkan orang-orang Polandia? orang-orang Polandia dan etnis Slavia dianggap sebagai "Untermenchen" alias manusia rendahan yang pantas dimusnahkan agar kaum Arya Jerman yang lebih superior bisa menempati wilayah Eropa Tengah dan Timur. Dalam catatan Wikipedia saya membaca ada sekitar 1,8 hingga 2,77 juta orang Polandia yang telah menjadi korban kekejaman ini (Institute of National Remembrance).
Pengusiran warga Polandia di Wilayah Zamosc oleh SS Jerman
Foto eksekusi warga Polandia di di Bochnia dekat Kraków, 18 Desember 1939
Foto dari Czesława Kwoka, seorang gadis Polandia Katolik, korban Genosida di Auschwitz
Pengusiran warga Polandia di Wilayah Zamosc oleh SS Jerman
Foto eksekusi warga Polandia di di Bochnia dekat Kraków, 18 Desember 1939
Foto dari Czesława Kwoka, seorang gadis Polandia Katolik, korban Genosida di Auschwitz
Setelah Polandia, ada orang Rom atau disebut Romani atau Gipsi. Sejarah kaum ini dikatakan berasal dari anak benua India, yang hidup secara nomaden. Saya memperkirakan warna kulit orang Gipsi hampir sama dengan orang Asia Tenggara, sawo matang. Bagi Nazi orang-orang Rom ini sama kedudukannya dengan Yahudi sehingga harus disingkirkan. Sejarawan memperkirakan bahwa antara 220.000 dan 500.000 Romani terbunuh dalam Genosida ini. Orang-orang malang ini sebenarnya sama sekali tidak berbahaya bagi dunia perpolitikan Nazi, mereka hanya kaum pendatang yang umumnya hidup sederhana dan tidak tahu apa-apa. Nazi memandang Gipsi sebagai gelandangan, penyakit sosial, alkoholik dan mesti di habisi. Ada lagi, sebutan Rhineland Bastard, yakni orang keturunan Afrika-Jerman yang umumnya adalah anak dari tentara kulit hitam Perancis di Jerman pasca Perang Dunia 1 maupun anak dari orang asli Jerman yang menikahi wanita Afrika di wilayah kolonialisasinya. Nazi sangat menghina anak campuran ini dengan menggunakan istilah "Bastard" alias "Bajingan" atau "Haram".
Kaum Rom tiba di Bełżec concentration camp 1940
Petinju bernama Johann Trollmann yang ditangkap Gestapo dan dimasukan ke kamp konsentrasi Neuengamme
Para pemuda keturunan Rom memperingati Genosida kaumnya
2. Jika Jerman menang perang, tidak akan ada negara Indonesia
Kaum Rom tiba di Bełżec concentration camp 1940
Petinju bernama Johann Trollmann yang ditangkap Gestapo dan dimasukan ke kamp konsentrasi Neuengamme
Para pemuda keturunan Rom memperingati Genosida kaumnya
2. Jika Jerman menang perang, tidak akan ada negara Indonesia
Peta Imperium Jepang 1942
Bagi kita orang Indonesia, kemenangan Jerman dan blok Axis di Perang Dunia 2 tidak akan membawa dampak keuntungan bagi Kepulauan Nusantara. Bagaimana tidak, Nazi menginginkan sebuah Imperium besar, begitu pula dengan Jepang. Imperium Jepang akan menjadi penguasa di wilayah-wilayah Tiongkok, Indocina, Semenanjung Malaya dan kepulauan Pasifik. Jadi termasuk negara Indonesia dipastikan tidak akan pernah berdiri jika pihak blok Axis yang menang. Orang Slavia yang berkulit lebih terang dan postur tinggi saja dihina oleh Nazi, apalagi kita orang Asia Tenggara.
Saya akan membahasnya dalam topik tersendiri dalam sebuah artikel opini "jika blok Axis menang".
3. Bagaimana Waffen SS yang berasal dari non Jerman?
Poster Waffen SS
Ada orang yang mengklaim Nazi Jerman tidaklah se-rasis yang dibayangkan, buktinya Heinrich Himmler membolehkan perekrutan anggota Waffen SS dari kalangan non Jeman. Namanya juga Nazi, mereka adalah orang-orang yang menelan ludahnya sendiri. Lihat dulu faktor-faktornya, awalnya SS hanya diperuntukan bagi warga Jerman dengan ras Arya murni, bahkan seleksinya sangat ketat, seperti tinggi badan harus minimal 174 cm, memiliki sertifikat arya serta sertifikat medis yang membuktikan mereka layak. Setahun setelah Jerman memasuki Perang, akhirnya seleksi masuk SS dilonggarkan, yakni boleh berasal dari negara lain yang diduduki, namun tetap berkaitan dengan ras kulit putih. Alhasil orang Denmark, Belanda, Norwegia, Swedia, dan Finlandia banyak yang masuk Waffen SS. Selanjutnya dalam perang yang melelahkan di front timur, Jerman tentu saja membutuhkan banyak tambahan kekuatan militernya. Sadar jumlah cadangan manusia Jerman tidak sebanyak Uni Soviet akhirnya mereka kembali merekrut orang-orang keturunan Jerman usia produktif di negara-negara yang didudukinya, serta para pemuda lokal seperti dari Estonia, Latvia dan juga orang-orang dari Bosnia, Herzegovina, Kroasia, Georgia, Ukraina, Rusia dan Cossack.
Waffen SS dari Inggris
Kekalahan mereka di Stalingrad dan kegagalan memasuki Moskow membuat Jerman lagi-lagi kehilangan jumlah pasukan yang signifikan. Mereka menghadapi militer Uni Soviet yang seperti tidak pernah ada habisnya. Dengan banyaknya legiun asing ditubuh Waffen SS, akhirnya satuan ini tidak bisa disebut lagi dengan "pasukan elite". Jadi, kesimpulannya adalah Nazi Jerman hanya memanfaatkan tenaga dari penduduk yang wilayahnya dijajah karena terpaksa. Mereka melakukan ini karena menyadari cadangan manusia Jerman tidak sebanyak Soviet. Catatan lagi, bahwa ternyata Waffen SS tetap terlarang bagi orang Polandia atas dasar ideologi rasis. Lucu bukan? Awalnya Nazi menganggap orang Slavia adalah rendahan, namun di tubuh SS malah mempekerjakan orang Slavia dari Ukraina dan Belarusia.
Ada pula sebuah Unit Wehrmact (beda dengan SS) bernama Ostlegionen, yang mana mereka merupakan para prajurit yang dipaksa maupun secara suka rela menjadi tentara Nazi Jerman. Umumnya mereka direkrut dari kamp tahanan perang (POW) dan merupakan mantan serdadu Soviet. Wajah-wajah Ostlegionen diantaranya ada yang berparas Asia karena beberapa diantara berasal dari etnis Turkestan. Sebenarnya ada pula prajurit India, Afrika dan Arab di tubuh militer Jerman Nazi saat itu. Umumnya adalah para serdadu musuh yang dijadikan tawanan, kemudian di bebaskan asalkan mau melayani Jerman. Jumlah mereka tidak begitu banyak.
Saya menduga jika Jerman sukses menang perang, prajurit asing ini tidak akan mendapat kedudukan setara dengan prajurit reguler Jerman asli.
Turkestan Legion
Sumber: Wikipedia
Komentar
Posting Komentar